04 Desember, 2010

Kamu saat ini dan entah esok hari.

"Satu dari sekian wajah, pasti akan terus bersembunyi dalam ingatan. Kamu saat ini dan entah esok hari", begitu tulisku sebelum berlalu. Air tentu akan mengalir menuju arahnya, namun setidaknya sampan ini telah aku dayung searah dengan inginku. Penyesalan yang muncul seperti menggenangi samudera. Tidak mau diam walau sejenak dalam saku agar berhenti air mata itu.

Beberapa wajah yang dulu silih berganti mengisi, begitu sulit untuk dikikis karena tanpa disadari semua telah menggurat kuat di dinding jantung. Tiba-tiba semua hilang lenyap tanpa bekas ketika dirimu hadir menari mengikuti jantung yang terus bernyanyi. Kamu curi kesakitan, kekosongan dan kesepian yang beberapa saat menjadi teman setia bagiku. "Entah sejak kapan, namun aku menyukainya".

Dengan bahagia, aku cintai dirimu layaknya malaikat yang duduk setia di pundakku. Dengan senyum, aku menantikanmu layaknya ulat yang sabar berubah menjadi kupu-kupu. Terbang diantara kepak masa lalu, menyusurinya jauh ke dalam lorong-lorongnya. Seperti siang malam yang sekepak elang.

Tiba-tiba sayapku patah, jatuh dari ketinggian tanpa persiapan. Kamu curi kesakitan, kekosongan dan kesepian berikut nyawaku sembari berlari menjauh dan menjatuhkan serpih kenangan di setiap jalanku mengejarmu. Udara serasa tak cukup bagiku, sesak. Perlahan, sekuat tenaga aku tuliskan kembali kata-kata ketika aku meninggalkan beberapa wajah sebelum kamu.

"Satu dari sekian wajah, pasti akan terus bersembunyi dalam ingatan. Kamu saat ini dan entah esok hari"

Cinta, adalah rahasia Tuhan. Dia tak pernah mau memberitahukannya, kepadamu juga siapapun.


[Repost]

Tidak ada komentar: